A.Definisi Model Bisnis
a. Model Bisnis
Model bisnis adalah salah satu yang mempengaruhi performa dari suatu bisnis
selain
lingkungan dimana suatu bisnis dijalankan.Model bisnis dapat diibaratkan
sebagai sistem yang terstruktur, dimana didalamnya terdapat komponen-komponen
yang membangunnya.
Diantaranya komponen- komponen tersebut ialah antara lainnya:
1. Strategi Pricing
Bagian yang terpenting dari model bisnis adalah strategi pricing, dimana sebuah
perusahaan harus memberikan harga yang tepat kepada pelanggan agar pelanggan
merasa puas dan mau menggunakan produk yang kita tawarkan.
2. Scope
Sekmen pasar produk yang ditawarkan juga sangat berpengarh kepada produk yang
kita tawarkan, kita harus membatasi sekmen agar produk kita memiliki value
lebih dibandingkan produk yang lain.
3. Profit Site
Profit site dikatan menarik ketika perusahaan kita memiliki pesaing yang kuat
dan sebaiknya profit site sebuah perusahaan dikatakan rendah apa bila produk
yang kita hasilkan sedikit kompetitornya atau bahkan tdak ada kompetitornya.
4. Customer Value
Customer value atau keuntungan yang dirasakan oleh pengguna produk dari
perusahaan kita, hal ini diperoleh dari keunikan produk kita yang tidak
dimiliki oleh produk yang sejenis dari perusahaan lain. Bisa dari segi harga,
fitur, servis, mutu produk hubungan antar fungsi ddan lain sebagainya.
5. Capability
Adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melakukan aktivitas yang mempunyai
nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Peningkatan kapabilitas pada sumber daya
diperlukan untuk mendukung costumer value.
Selain kemampuan sumber daya yang berpengaruh pada model bisnis adalah
kemampuan bersaing, dalam hal ini perusahaan harus mampu bersaing dengan
perusahaan lain yang produknya sejenis dengan produk yang kita hasilkan.
6. Sustainability
Apabila suatu perusahaan mempunyai keuntungan yang lebih maka tidak mudah bagi
kompeitor ontuk melampauinya. Untuk mempertahankannya tentu tidak mudah, hal
ini tergantung pada capability perusahaan tersebut.
7. Cost Structure
Pengaturan cost atau pengeluaran harus diperhatikan oleh perusahaan, apakah
sesuai denga pendapatan atau tidak, hal ini sangat erat hubungannya denga
strategi pricing
B. Bentuk Model Bisnis dengan Open Source
Sebetulnya
bentuk bagaimanakah yang ideal untuk bisnis Open Source? Tak ada satu jawaban
yang sama, seperti halnya bisnis TI apakah yang ideal. Hingga saat ini ada
beberapa model bisnis yang bisa diterapkan dengan program Open Source
1. Support/seller.
Pada model bisnis ini disamping
menekankan pada penjualan media distribusi dan branding, juga pada pelatihan,
jasa konsultasi, kustomisasi dan dukungan teknis purna jual. Hal tersebut bisa
dilakukan secara terpisah. Model inilah yang banyak dilakukan oleh perusahaan
distro Linux. Bisa juga perusahaan pembuat distro tidak menyediakan dukungan
teknis, tetapi perusahaan lain yang tak membuat distro menjadi penyedia
dukungan teknis. Hal ini sangat dimungkinkan dalam model bisnis open source,
karena tidak adanya monopoli.
2. Pemberian Jasa Solusi Terpadu.
Pada model bisnis ini, software Open
Source tidak berdiri sebagai suatu produk yang dijual. Tetapi akan dikemas
menjadi satu dengan jasa lainnya, misal jasa instalasi, kustomisasi, implementasi,
pelatihan yang dikemas menjadu satu paket produk. Misal SuSE dengan
distribusinya membuka peluang untuk memperoleh proyek di beberapa bank di
Jerman. Saat distribusi yang dikemas SuSE ditawarkan dengan solusi terpadu,
banyak pihak (terutama di Eropa yang berpusat di Jerman) mempercayai SuSE untuk
membangun jaringan mereka, lengkap dengan support dan pelatihan. Sebagai contoh
akselerator partikel di Jermahttp://www.desy.demenggunakan SuSE Linux di
semua workstation yang digunakannya. Sparkasse Bank di Jerman juga memanfaatkan
SuSE Linux.
3. Penjualan perangkat lunak dengan
nilai lebih.
Sebagai analogi, bahwa setiap orang
bisa memasak air, namun perusahaan Aqua hingga sekarang masih jalan dengan
baik. Begitu pula software, jika ditambahkan nilainya, dikemas dengan baik,
tentu orang-orang akan membelinya. Yang menjadi tantangan tentulah membangun
brand di tengah pasar yang dituju. Sebagai contoh, RedHat yang membundel
Software-nya dengan Oracle, UnicenterTNG, hingga merambah ke embedding device
dengan menjalin kerja sama ke Ericcson, Hitachi dan Motorolla. Untuk
pembundelan dengan hardware, RedHat bekerja sama dengan vendor besar macam IBM.
Penambahan nilai yang diberikan oleh RedHat, tentu akan memberikan jaminan
lebih tinggi terhadap distribusinya untuk dibeli dan dimanfaatkan secara
massal.
4. Program Open Source sebagai
service enabler
Sebuah perusahaan yang memiliki core
business di dalam penjualan perangkat lunak propietary (baik level aplikasi maupun
level sistem operasi yang dibundel dengan hardware), dapat memanfaatkan proyek
open source sebagai service enabler (bagian dari perangkat marketing). Adanya
software open source yang diberikan perusahaan itu menyebabkan konsumen
cenderung akan membeli perangkat keras atau perangkat lunak dari perusahaan
tersebut. Hal ini juga dilakukan dengan membantu banyak proyek open source yang
bila berjalan akan mendorong ke arah pembelian produk perusahaan tersebut
lainnya. Hal ini juga membantu perusahaan dalam menciptakan brand image, bahwa
perusahaan tersebut peduli terhadap komunitas. Perusahaan yang menerapkan hal
ini misalnya SUN Microsystem yang melepas StarOffice dan SGI (Silicon Graphics)
yang merelease Journaling File System dan beberapa aplikasi grafisnya. Ini juga
dilakukan beberapa vendor card seperti Creative (Sound Blaster).
5. Software Franchising.
Model bisnis ini merupakan model
kombinasi antara brand licensing dan support/seller. Sebuah perusahaan yang
memiliki distribusi Linux, dapat membangun sendiri komunitasnya. Dengan model
berlangganan, pelanggannya dapat memperoleh fasilitas gratis, dan upgrade
gratis. Selain pengguna, juga terdapat didalamnya komunitas reseller, dan
kontributor. Untuk itu cukup dikenakan biaya berlangganan dengan nilai yang
relatif rendah, namun menjadi berarti saat dikumulatifkan dalam jumlah besar
(dengan sasaran komunitas yang berjumlah besar). Model ini mirip trend
Application Service Provider dan telah diterapkan oleh Trustix dengan produk
Xploy -nya sejak awal. Pengguna tak perlu membeli perangkat lunak. Jelas biaya
upgrade tidak dibutuhkan karena sudah termasuk dalam biaya langganan.
6. Widget frosting.
Model ini dilakukan pada dasarnya
dengan menjual perangkat keras yang menggunakan program open source untuk
menjalankan perangkat keras seperti sebagai driver atau lainnya. Misal
pembuatan MP3 player dengan memanfaatkan sistem operasi Linux. Contoh yang
sudah banyak beredar adalah Cobalt server, firewall CyberGuard, Radio Internet
, dan sebagainya. Penggunaan Linux memungkinkan ongkos produksi lebih rendah
untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
7. Accecorizing atau Merchandizing.
Perusahaan mendistribusikan buku,
perangkat keras, atau barang fisik lainnya yang berkaitan dengan produk Open
Source, misal penerbitan buku OReilly, atau pembuatan boneka, topi dan kaos.
Pengguna logo ataupun materi Open Source relatif tidak membutuhkan biaya
lisensi ketimbang materi closed source. Penerbitan majalah Linux ini telah
diterapkan di Indonesia oleh majalah InfoLinux (yang bakal terbit di awal
Januari 2001). Melihat model di atas tampak adanya kecenderungan model bisnis
di perangkat lunak makin menyerupai model bisnis pada media. Perkiraan ini
seperti yang diutarakan oleh Daniel Burnstein dan David Kline (1995) dalam
bukunya, Road Warriors : Dreams and Nightmare along the Information Highway.
Perubahan ini cepat atau lambat akan makin terasa tanpa kita sadari. Gratisnya
Open Source sering menimbulkan pandangan bahwa tak ada kemungkinan bisnis di dalamnya.
Tetapi kalau kita melihat saat ini banyak bisnis memakai model gratis, baik
sebagai service enabler atau sebagai fungsi lainnya. Sebagai contoh banyak
majalah atau koran yang dibagikan gratis (dalam hal ini pemasukan adalah dari
iklan). Di Jerman atau di banyak negara Eropa, handphone bisa didapatkan
seharga 0 DM (alias gratis), asalkan pengguna membayar uang langganan per bulan
sehingga handphone berfungsi sebagai service enabler. Di Inggris pengguna telah
memiliki pilihan melakukan koneksi ke Internet tanpa membayar. Juga dengan
adanya software yang bersifat adware, yaitu pengguna mendapat perangkat lunak
gratis tetapi harus menonton iklan menunjukkan.
Hal ini semua menunjukan bahwa ada suatu
peluang bisnis, walau sepintas lalu barangnya gratis. Selain bentuk-bentuk yang
sudah berjalan di atas, tidak menutup kemungkinan akan munculnya bentuk-bentuk
lain yang lebih kreatif. Hal ini sudah menjadi konsekuensi logis dari sifat
open source yang terbuka bebas. Selain kreatifitas, ada dinamika, penghargaan
terhadap heterogenitas, hingga nilai sosial yang dibawanya dalam bisnis
kapitalis di bidang TI. Sudah saatnya praktisi TI di Indonesia mengambil
manfaat dari beberapa contoh kasus di atas, dan mencuri peluang dari terbukanya
metode open source. Memang bila kita tidak memahami model Open Source, maka
berita seperti runtuhnya harga saham RedHat seperti menunjukkan bahwa tidak ada
jaminan bagi pengguna Linux. tetapi bila kita sadar bahwa model bisnis Open
Source sangat berbeda dengan closed source tentunya kita malah melihat suatu
kesempatan yang terbuka luas di depan mata. Bila perusahaan sekaliber IBM mulai
memperbesar unit Linuxnya (apalagi setelah tersedia port ke mainframe S/390),
dan perusahaan seperti Hewlett-Packard (HP) mengontrak Bruce Perens untuk unit
Linux-nya. Tentu ada suatu potensi bisnis yang tak bisa disia-siakan. Inginkah
kita hanya sebagai penonton terhadap perubahan paradigma ini ? Baru sadar
setelah kita kembali menjadi pengikut saja dan medan sudah dikuasai orang lain.
C. Proses Bisnis
Proses bisnis merupakan prosedur kerja perusahaan
menangani permintaan bisnis, misalnya permintaan pinjaman di bank, atau order
masuk di sebuah perusahaan pelayaran. Proses ini bukanlah hal yang konkret, itu
adalah cara orang berinteraksi dan sistem untuk menangani permintaan bisnis.
Proses bisnis terdiri atas serangkaian kegiatan,
yang terlibat di dalam atau di luar sebuah organisasi, yang bekerja sama untuk
menghasilkan hasil bisnis bagi pelanggan atau untuk sebuah organisasi
Manajemen proses bisnis adalah sebuah abstraksi yang menggambarkan cara
orang-orang atau pihak-pihak saling berinteraksi di dalam sistem, untuk
menangani permintaan bisnis yang dijelaskan dalam cara tertentu, misalnya
Activity diagram UML.
Proses Bisnis dapat berada di dalam sebuah
organisasi. (misalnya produk manufaktur), atau melibatkan beberapa organisasi,
misalnya Proses Bisnis pada hipotek, yang melibatkan organisasi-organisasi
penjualan perusahaan hipotek dan escrow (pembayaran asuransi dan pajak) untuk
melayani hipotek dilakukan oleh beberapa perusahaan lainnya. Bisnis dan
transaksinya dilakukan melalui aplikasi pengantara, contohnya Proses Bisnis
yang manajerial. (Pengelolaan SDM dan proses Rekruitmen), Proses Bisnis yang
operasional. (layanan panggilan hadir di call center, informasi disimpan oleh
kasir bank tentang pembukaan rekening, dll), Proses Bisnis yang berorientasi
kegiatan, seperti transformasi yang terjadi di gudang data.
Penyelarasan dengan proses bisnis inti (bisnis
akuisisi, pembaruan, pelayanan) dan proses pengaktifan (HR, IT, Keuangan)
akan memberikanantara lain: pandangan holistik, interaksi antar pengguna akhir
(end to end), Input dan Output, pelanggan dan pemasok
Tujuan
Perbaikan proses:
·
Membuat proses-proses yang ada efektif. Memiliki
kualitas output yang sesuai, pada waktu yang tepat, pada harga yang tepat.
·
Membuat proses efisien. Meminimalkan
sumber daya yang dibutuhkan dan menghilangkan pemborosan (aktivitas tak bernilai)
untuk fokus pada nilai.
·
Membuat proses dapat beradaptasi. Mampu
beradaptasi terhadap perubahan pelanggan dan kebutuhan bisnis.
·
Proses bisnis yang baik akan memudahkan pengguna
untuk membuat keputusan bisnis yang lebih baik dan lebih cepat melaksanakannya,
membantu peningkatan dan pengendalian operasi, dan eningkatkan aliran
produksi.
·
Karakteristik Proses yang didefinisikan dan
dikelola dengan baik
·
Memberikan kejelasan bagi pemiliknya, seberapa
baik kinerja proses
·
batas-batas dan pengantara telah dikenal
·
jumlah siklus dikenali dengan baik (konsisten,
berulang dan dapat diramalkan)
·
memiliki kendali terhadap pengukuran dan umpan
balik
·
Pengukuran dan sasaran terkait dengan Pelanggan
·
prosedur perubahan yang telah diformalkan
Proses Bisnis yang berkualitas
dapat:
ü
Menghilangkan kesalahan
ü
Minimalkan penundaan
ü
Maksimalkan penggunaan aset- disesuaikan dengan
kapasitas permintaan
ü
Memudahkan pemahaman
ü
Mudah
digunakan
ü
Pelanggan fokus dan adaptif terhadap perubahan
kebutuhan
ü
Memberikan keunggulan kompetitif pada organisasi
Tugas Business Analyst
v
Memahami proses yang ada dalam bisnis
v
Memodelkan proses yang berjalan pada saat ini
v
Meningkatkan Model kualitas proses
Tantangan yang dihadapi :
ü
Kesulitan dalam pemodelan interaksi antara
manusia dan system
ü
Kurangnya pemahaman terhadap kajian proses
Perbedaan Interaksi antara organisasi dan bisnis di luar yang
ada
ü Tingkat abstrak yang berbeda sesuai dengan tingkat yang berbeda dalam pekerjaan organisasi tempat
D. Sistem operasi dan IT kunci sukses bisnis
Salah satu kunci suksesnya
bisnis adalah paham tentang sistem Operasi dan Informasi Teknologi (IT). Karena
dengan menguasai hal ini, seseorang akan mengetahui bagaimana mengendalikan
mutu dan mengelola efisiensi proses sebuah produk. Prof. Dr Heru Kurnianto
Tjahjono menyampaikan hal tersebut saat ditemui di kantor Magister Manajemen,
Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (8/4)).
Menurut Direktur MM UMY ini,
membuat konsumen terus menerus senang dengan produk atau jasa yang dihasilkan
atau ditawarkan, membutuhkan keterampilan dan kekreatifan lebih. “Dan hal itu
hanya dipelajari dalam sistem operasi dan IT.” Hal ini dikarenakan dalam kepala
orang-orang sistem operasi dan IT sudah tersusun cara bagaimana sebuah produk
yang dibuat selalu memiliki nilai lebih. Karena inovasi dan kreativitas
dikembangkan di IT. Mereka juga selalu berusaha menghasilkan karya-karya baru
yang kira-kira bisa diterima pasar,” jelasnya.
Di samping itu, perkembangan IT
dalam praktek bisnis yang sedemikian pesat, juga menuntut para pelaku bisnis
untuk dapat merespon dan mengelola IT tersebut. Hal ini agar pelaku bisnis
dapat membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk itulah menurut
Prof. Heru, pembelajaran mengenai sistem operasi dan IT itu menjadi penting.
Senada dengan Prof Heru, Prof
Shu-Hsien Liao, Ph.D juga menyatakan keutamaan bagi para entrepreneur untuk
belajar dan memahami IT untuk mengoptimalisasikan produk dan jasa yang
ditawarkan. “Perubahan di bidang IT juga berimplikasi pada model bisnis di
pasar global. Perubahannya luar biasa, ada e-commerce, e-business dan lainnya.
Sehingga dengan munculnya perubahan ini menuntut para pembisnis untuk
memperbaiki strategi terutama di bidang IT,” ujarnya.
Professor yang berasal dari
Tamkang University, Taiwan ini juga mengungkapkan bahwa pembelajaran IT tidak
bisa seketika, butuh proses untuk menjadikan seorang pembisnis dengan skill
manajemen IT mumpuni. “Sayapun selama di UMY mengajarkan tentang sistem
informasi manajemen juga harus memberikan contoh kasus dan disertai video-video
interaktif agar calon pebisnis mengerti benar cara untuk menguasai pasar global
di masa mendatang,” tandasnya
a.
Contoh Model bisnis-foss-dan-blankon
Ø
Model-model A: Bisnis di atas FOSS
1. Jasa berbasis kompetensi tanpa punya produk. Contoh: Linuxcare (almarhum) 2.
Jasa berbasis produk dan branding: Pengembang distro, support, training,
sertifikasi, dll. Contoh: RedHat, Novell, Mandriva, Ubuntu, dll. 3. Witget
Frosting: Jual hardware dg FOSS. Contoh: Dell, HP, IBM, Nokia, HTC (Android),
dll. 4. Accessorizing: buku, CD, boneka, dll. Contoh: O'Reilly, InfoLINUX,
GudangLinux, dll.
Ø
Model-model B: Kombinasi 1. Loss
Leader: Melepas versi FOSS untuk mendapatkan pemasukan dari produk proprietary
sejenis. Contoh: Mozilla 2. Memberikan software, menjual merek. Contoh:
OpenOffice.org (Sun), Android (Google), dll. 3. Dual Licensing. Contoh: MySQL,
PJSIP, dll. 4. Dual Mission. Contoh: Sendmail Model A dan B diambil dari buku
Open Source, A Multidisciplinary Approach (Moreno Muffatto, Imperial College
Press).
Ø
Model-model C: Prop di atas FOSS 1.
Membuat software proprietary untuk dijual di atas distro Linux (ikut develop
Linux). Contoh: Oracle, VMWare, Adobe, dll. 2. Menggabungkan software
proprietary dengan FOSS untuk aplikasi khusus. Contoh: Covalent (ikut develop
Apache), dll. 3. Memaket FOSS (+ Prop) dengan hardware. Contoh: Mikrotik,
Apple, dll. Model C diambil dari buku The Business and Economics of Linux and
Open Source (Martin Fink, Prentice Hall PTR)
Ø
Studi Kasus: Bisnis BlankOn
● Model Bisnis: Belum ada. YPLI, Ubuntu-ID, dan Tim
Pengembang belum menjadikan BlankOn sebagai bisnis langsung (“not for profit”).
● Model Pendanaan: BlankOn dikembangkan dengan dana
sponsor/hibah berbentuk uang (langsung dan tidak langsung). Dana langsung
berasal dari Unesco, Hivos, dll. Dana tidak langsung berasal dari
Indoglobal.com, Padinet.com, Linuxindo.com, Nurulfikri.com,
Bisnisweb.com/cdl2000.com, InfoLINUX, dan masing-masing pengembang /
institusinya, dll.
Biaya Mengembangkan FOSS Total biaya pengembangan FOSS sama besar
dengan PCSS, dan membutuhkan waktu panjang secara gotong-royong sehingga tidak
dirasakan langsung oleh pengguna. Tugas berat dipikul bersama menjadi ringan.
Ø
Studi Kasus: Biaya BlankOn
● Biaya pengembangan BlankOn (langsung dan tidak langsung) sekitar
Rp 1,5 milyar per rilis.
● Dana langsung berasal dari sponsor/hibah yang nilainya
sekitar Rp 20 juta untuk setiap rilis.
● Dana tidak langsung dari sponsor berbentuk penempatan
server, kantor, akses internet, tenaga administrasi, promosi, dll. Rp 280 juta.
● Dana tak langsung dari masing-masing pengembang (personal
& institusi atau tempat kerjanya) sekitar Rp 1,2 milyar per rilis.
Ø
Usulan Model Bisnis BlankOn
● Kerja sama beberapa pihak (perusahaan atau institusi non
perusahaan seperti pemerintah dan lembaga pendidikan yang memiliki kepentingan
yang sama untuk menghasilkan distro Linux).
● Pihak lain berbentuk perusahaan dapat memilih salah satu
atau kombinasi dari 11 model bisnis, misalnya menyediakan jasa support,
migrasi, bundling atau dipaket dengan hardware, training, sertifikasi, dan atau
untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan dalam jangka panjang. Misal:
Distro Akuntansi, Koperasi, Kasir, dll.
Ø
Usulan Model Bisnis BlankOn
● Pihak lain berbentuk pemerintah dapat menunjuk tim BlankOn
(misal diwakili YPLI atau partner-nya) untuk mengembangkan distro Linux sesuai
dengan kebutuhannya, termasuk penyediaan support dan jasa pendukung lainnya.
● Misal: Sebuah Departemen atau Pemda Prov/Kab/Kota ingin
memigrasikan komputernya ke Linux. Tim BlankOn menyediakan distro dan support
distro, Pemda dapat menunjuk pihak lain untuk support dan training pengguna.
Model ini sudah diujicobakan untuk Aceh / Air Putih.
Ø
Usulan Model Bisnis BlankOn
Ø
● Pihak lain berbentuk lembaga
pendidikan dapat memanfaatkan BlankOn untuk menyediakan distro yang dapat
digunakan dalam proses belajar-mengajar, termasuk untuk penyediaan jasa/produk
ke pihak lain, sarana promosi, dll.
● Pihak lain berbentuk lembaga non profit dapat bersama-sama
YPLI (Tim BlankOn) membuat distro untuk menjalankan kegiatan organisasi,
misalnya dalam bidang keagamaan dan sosial seperti CSR (Corporate Social
Responsibilty), dll.
Ø
YPLI dapat bekerja sama dengan siapa
saja untuk menjadikan BlankOn sebagai distro yang dibutuhkan pengguna komputer
di Indonesia, dan sebagai sarana mencari penghasilan untuk profit maupun not
profit.
Ø Usaha terkait BlankOn dapat
berbentuk jasa support, training, sertifikasi, aksesori, paket dengan software
aplikasi khusus (open source maupun proprietary), paket dengan data bukan
aplikasi (musik, video, dokumen teks atau buku, gambar, dll.), paket dengan
hardware, dsb.
E. Model Bisnis dengan Infrastruktur
Layanan CBNCloud menjalankan model
bisnis Insfrastructure-as-a-Service (IaaS), Platform-as-a-Service (PAAS), dan
Software-as-a-Service (SaaS).
Layanan CBNCloud menjalankan model bisnis Insfrastructure-as-a-Service (IaaS), Platform-as-a-Service (PaaS), dan Software-as-a-Service (SaaS).
1.
Infrastructure-as-a-Service
(IaaS)
Merupakan
suatu kondisi dimana sebuah organisasi atau perusahaan melakukan outsource
terhadap perangkat-perangkat pendukung untuk keperluan operasional sehari-hari,
termasuk media penyimpanan, perangkat keras, mesin server, dan komponen
jaringan. Perangkat-perangkat tersebut merupakan hak milik penyedia layanan
(CBN), yang bertanggungjawab dalam hal penyimpanan, penggunaan, dan
perawatannya. Pelanggan membayar layanan yang digunakan berdasarkan volume
pemakaian.
CBN
menyediakan IaaS dalam bentuk VDS (Virtual Dedicated Server) dan VPDC (Virtual
Private Data Centre). Untuk saat ini, pilihan sistem operasi yang tersedia
adalah CentOS, Ubuntu, dan Windows Server 2008. Pelanggan VDS akan memperoleh
akses root untuk koneksi SSH ke VDS yang disewanya. Sedangkan pelanggan
VPDC akan mendapatkan akses admin ke portal CBNCloud untuk
mengonfigurasi VDS-nya sendiri.
Selain
itu, semua pelanggan mendapatkan akses admin ke portal CBNCloud yang
berguna untuk mengubah skala kebutuhan perangkat kerasnya, seperti menaikkan
RAM dan disk space untuk kebutuhan temporer (harian atau bulanan).
2.
Platform-as-a-Service
(PaaS)
Adalah
pengembangan dari IaaS, melengkapi perangkat-perangkat pendukung yang disewakan
tersebut dengan sistem operasi dan framework yang dapat digunakan untuk
membuat, menguji maupun menjalankan aplikasi.
CBN
menyediakan PaaS ini dalam bentuk Cluster Servers, dimana komposisi VDS sudah
dalam bentuk stack, seperti LAMP (Linux-Apache-MySQL-PHP). Sama seperti model
IaaS, pelanggan model PaaS juga mendapatkan akses admin ke portal CBNCloud
untuk mengubah skala kebutuhan perangkat kerasnya.
3.
Software-as-a-Service
Menyediakan
aplikasi yang bisa digunakan oleh semua pelanggan layanan CBNCloud, saat
ini yang tersedia adalah aplikasi Hosted PBX & Fax