Rabu, 05 Maret 2014

Tugas 2 (Model Bisnis)


A.Definisi Model Bisnis
    

a. Model Bisnis
                 Model bisnis adalah salah satu yang mempengaruhi performa dari suatu bisnis selain
lingkungan dimana suatu bisnis dijalankan.Model bisnis dapat diibaratkan sebagai sistem yang terstruktur, dimana didalamnya terdapat komponen-komponen yang membangunnya.

Diantaranya komponen- komponen tersebut ialah antara lainnya:

1. Strategi Pricing

Bagian yang terpenting dari model bisnis adalah strategi pricing, dimana sebuah perusahaan harus memberikan harga yang tepat kepada pelanggan agar pelanggan merasa puas dan mau menggunakan produk yang kita tawarkan.

2. Scope


Sekmen pasar produk yang ditawarkan juga sangat berpengarh kepada produk yang kita tawarkan, kita harus membatasi sekmen agar produk kita memiliki value lebih dibandingkan produk yang lain.

3. Profit Site

Profit site dikatan menarik ketika perusahaan kita memiliki pesaing yang kuat dan sebaiknya profit site sebuah perusahaan dikatakan rendah apa bila produk yang kita hasilkan sedikit kompetitornya atau bahkan tdak ada kompetitornya.

4. Customer Value


Customer value atau keuntungan yang dirasakan oleh pengguna produk dari perusahaan kita, hal ini diperoleh dari keunikan produk kita yang tidak dimiliki oleh produk yang sejenis dari perusahaan lain. Bisa dari segi harga, fitur, servis, mutu produk hubungan antar fungsi ddan lain sebagainya.

5. Capability

Adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melakukan aktivitas yang mempunyai nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Peningkatan kapabilitas pada sumber daya diperlukan untuk mendukung costumer value.
Selain kemampuan sumber daya yang berpengaruh pada model bisnis adalah kemampuan bersaing, dalam hal ini perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan lain yang produknya sejenis dengan produk yang kita hasilkan.



6. Sustainability

Apabila suatu perusahaan mempunyai keuntungan yang lebih maka tidak mudah bagi kompeitor ontuk melampauinya. Untuk mempertahankannya tentu tidak mudah, hal ini tergantung pada capability perusahaan tersebut.

7. Cost Structure

Pengaturan cost atau pengeluaran harus diperhatikan oleh perusahaan, apakah sesuai denga pendapatan atau tidak, hal ini sangat erat hubungannya denga strategi pricing

B. Bentuk Model Bisnis dengan Open Source
Sebetulnya bentuk bagaimanakah yang ideal untuk bisnis Open Source? Tak ada satu jawaban yang sama, seperti halnya bisnis TI apakah yang ideal. Hingga saat ini ada beberapa model bisnis yang bisa diterapkan dengan program Open Source
1. Support/seller.

Pada model bisnis ini disamping menekankan pada penjualan media distribusi dan branding, juga pada pelatihan, jasa konsultasi, kustomisasi dan dukungan teknis purna jual. Hal tersebut bisa dilakukan secara terpisah. Model inilah yang banyak dilakukan oleh perusahaan distro Linux. Bisa juga perusahaan pembuat distro tidak menyediakan dukungan teknis, tetapi perusahaan lain yang tak membuat distro menjadi penyedia dukungan teknis. Hal ini sangat dimungkinkan dalam model bisnis open source, karena tidak adanya monopoli.

2. Pemberian Jasa Solusi Terpadu.

Pada model bisnis ini, software Open Source tidak berdiri sebagai suatu produk yang dijual. Tetapi akan dikemas menjadi satu dengan jasa lainnya, misal jasa instalasi, kustomisasi, implementasi, pelatihan yang dikemas menjadu satu paket produk. Misal SuSE dengan distribusinya membuka peluang untuk memperoleh proyek di beberapa bank di Jerman. Saat distribusi yang dikemas SuSE ditawarkan dengan solusi terpadu, banyak pihak (terutama di Eropa yang berpusat di Jerman) mempercayai SuSE untuk membangun jaringan mereka, lengkap dengan support dan pelatihan. Sebagai contoh akselerator partikel di Jermahttp://www.desy.demenggunakan SuSE Linux di semua workstation yang digunakannya. Sparkasse Bank di Jerman juga memanfaatkan SuSE Linux.

3. Penjualan perangkat lunak dengan nilai lebih.

Sebagai analogi, bahwa setiap orang bisa memasak air, namun perusahaan Aqua hingga sekarang masih jalan dengan baik. Begitu pula software, jika ditambahkan nilainya, dikemas dengan baik, tentu orang-orang akan membelinya. Yang menjadi tantangan tentulah membangun brand di tengah pasar yang dituju. Sebagai contoh, RedHat yang membundel Software-nya dengan Oracle, UnicenterTNG, hingga merambah ke embedding device dengan menjalin kerja sama ke Ericcson, Hitachi dan Motorolla. Untuk pembundelan dengan hardware, RedHat bekerja sama dengan vendor besar macam IBM. Penambahan nilai yang diberikan oleh RedHat, tentu akan memberikan jaminan lebih tinggi terhadap distribusinya untuk dibeli dan dimanfaatkan secara massal.




 
4. Program Open Source sebagai service enabler

Sebuah perusahaan yang memiliki core business di dalam penjualan perangkat lunak propietary (baik level aplikasi maupun level sistem operasi yang dibundel dengan hardware), dapat memanfaatkan proyek open source sebagai service enabler (bagian dari perangkat marketing). Adanya software open source yang diberikan perusahaan itu menyebabkan konsumen cenderung akan membeli perangkat keras atau perangkat lunak dari perusahaan tersebut. Hal ini juga dilakukan dengan membantu banyak proyek open source yang bila berjalan akan mendorong ke arah pembelian produk perusahaan tersebut lainnya. Hal ini juga membantu perusahaan dalam menciptakan brand image, bahwa perusahaan tersebut peduli terhadap komunitas. Perusahaan yang menerapkan hal ini misalnya SUN Microsystem yang melepas StarOffice dan SGI (Silicon Graphics) yang merelease Journaling File System dan beberapa aplikasi grafisnya. Ini juga dilakukan beberapa vendor card seperti Creative (Sound Blaster).

5. Software Franchising.

Model bisnis ini merupakan model kombinasi antara brand licensing dan support/seller. Sebuah perusahaan yang memiliki distribusi Linux, dapat membangun sendiri komunitasnya. Dengan model berlangganan, pelanggannya dapat memperoleh fasilitas gratis, dan upgrade gratis. Selain pengguna, juga terdapat didalamnya komunitas reseller, dan kontributor. Untuk itu cukup dikenakan biaya berlangganan dengan nilai yang relatif rendah, namun menjadi berarti saat dikumulatifkan dalam jumlah besar (dengan sasaran komunitas yang berjumlah besar). Model ini mirip trend Application Service Provider dan telah diterapkan oleh Trustix dengan produk Xploy -nya sejak awal. Pengguna tak perlu membeli perangkat lunak. Jelas biaya upgrade tidak dibutuhkan karena sudah termasuk dalam biaya langganan.

6. Widget frosting.

Model ini dilakukan pada dasarnya dengan menjual perangkat keras yang menggunakan program open source untuk menjalankan perangkat keras seperti sebagai driver atau lainnya. Misal pembuatan MP3 player dengan memanfaatkan sistem operasi Linux. Contoh yang sudah banyak beredar adalah Cobalt server, firewall CyberGuard, Radio Internet , dan sebagainya. Penggunaan Linux memungkinkan ongkos produksi lebih rendah untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

7. Accecorizing atau Merchandizing.



            Perusahaan mendistribusikan buku, perangkat keras, atau barang fisik lainnya yang berkaitan dengan produk Open Source, misal penerbitan buku OReilly, atau pembuatan boneka, topi dan kaos. Pengguna logo ataupun materi Open Source relatif tidak membutuhkan biaya lisensi ketimbang materi closed source. Penerbitan majalah Linux ini telah diterapkan di Indonesia oleh majalah InfoLinux (yang bakal terbit di awal Januari 2001). Melihat model di atas tampak adanya kecenderungan model bisnis di perangkat lunak makin menyerupai model bisnis pada media. Perkiraan ini seperti yang diutarakan oleh Daniel Burnstein dan David Kline (1995) dalam bukunya, Road Warriors : Dreams and Nightmare along the Information Highway. Perubahan ini cepat atau lambat akan makin terasa tanpa kita sadari. Gratisnya Open Source sering menimbulkan pandangan bahwa tak ada kemungkinan bisnis di dalamnya. Tetapi kalau kita melihat saat ini banyak bisnis memakai model gratis, baik sebagai service enabler atau sebagai fungsi lainnya. Sebagai contoh banyak majalah atau koran yang dibagikan gratis (dalam hal ini pemasukan adalah dari iklan). Di Jerman atau di banyak negara Eropa, handphone bisa didapatkan seharga 0 DM (alias gratis), asalkan pengguna membayar uang langganan per bulan sehingga handphone berfungsi sebagai service enabler. Di Inggris pengguna telah memiliki pilihan melakukan koneksi ke Internet tanpa membayar. Juga dengan adanya software yang bersifat adware, yaitu pengguna mendapat perangkat lunak gratis tetapi harus menonton iklan menunjukkan.
 Hal ini semua menunjukan bahwa ada suatu peluang bisnis, walau sepintas lalu barangnya gratis. Selain bentuk-bentuk yang sudah berjalan di atas, tidak menutup kemungkinan akan munculnya bentuk-bentuk lain yang lebih kreatif. Hal ini sudah menjadi konsekuensi logis dari sifat open source yang terbuka bebas. Selain kreatifitas, ada dinamika, penghargaan terhadap heterogenitas, hingga nilai sosial yang dibawanya dalam bisnis kapitalis di bidang TI. Sudah saatnya praktisi TI di Indonesia mengambil manfaat dari beberapa contoh kasus di atas, dan mencuri peluang dari terbukanya metode open source. Memang bila kita tidak memahami model Open Source, maka berita seperti runtuhnya harga saham RedHat seperti menunjukkan bahwa tidak ada jaminan bagi pengguna Linux. tetapi bila kita sadar bahwa model bisnis Open Source sangat berbeda dengan closed source tentunya kita malah melihat suatu kesempatan yang terbuka luas di depan mata. Bila perusahaan sekaliber IBM mulai memperbesar unit Linuxnya (apalagi setelah tersedia port ke mainframe S/390), dan perusahaan seperti Hewlett-Packard (HP) mengontrak Bruce Perens untuk unit Linux-nya. Tentu ada suatu potensi bisnis yang tak bisa disia-siakan. Inginkah kita hanya sebagai penonton terhadap perubahan paradigma ini ? Baru sadar setelah kita kembali menjadi pengikut saja dan medan sudah dikuasai orang lain.



C. Proses Bisnis
Proses bisnis merupakan prosedur kerja perusahaan menangani permintaan bisnis, misalnya permintaan pinjaman di bank, atau order masuk di sebuah perusahaan pelayaran. Proses ini bukanlah hal yang konkret, itu adalah cara orang berinteraksi dan sistem untuk menangani permintaan bisnis.
Proses bisnis terdiri atas serangkaian kegiatan, yang terlibat di dalam atau di luar sebuah organisasi, yang bekerja sama untuk menghasilkan hasil bisnis bagi pelanggan atau untuk sebuah organisasi
Manajemen proses bisnis adalah sebuah abstraksi yang menggambarkan cara orang-orang atau pihak-pihak saling berinteraksi di dalam sistem, untuk menangani permintaan bisnis yang dijelaskan dalam cara tertentu, misalnya Activity diagram UML.
Proses Bisnis dapat berada di dalam sebuah organisasi. (misalnya produk manufaktur), atau melibatkan beberapa organisasi, misalnya Proses Bisnis pada hipotek, yang melibatkan organisasi-organisasi penjualan perusahaan hipotek dan escrow (pembayaran asuransi dan pajak) untuk melayani hipotek dilakukan oleh beberapa perusahaan lainnya. Bisnis dan transaksinya dilakukan melalui aplikasi pengantara, contohnya Proses Bisnis yang manajerial. (Pengelolaan SDM dan proses Rekruitmen), Proses Bisnis yang operasional. (layanan panggilan hadir di call center, informasi disimpan oleh kasir bank tentang pembukaan rekening, dll), Proses Bisnis yang berorientasi kegiatan,  seperti transformasi yang terjadi di gudang data.
Penyelarasan dengan proses bisnis inti (bisnis akuisisi, pembaruan, pelayanan) dan  proses pengaktifan (HR, IT, Keuangan) akan memberikanantara lain: pandangan holistik, interaksi antar pengguna akhir (end to end), Input dan Output,  pelanggan dan pemasok
Tujuan Perbaikan proses:
·         Membuat proses-proses yang ada efektif. Memiliki kualitas output yang sesuai, pada waktu yang tepat, pada harga yang tepat.
·         Membuat proses  efisien. Meminimalkan sumber daya yang dibutuhkan dan menghilangkan pemborosan (aktivitas tak bernilai) untuk fokus pada nilai.
·         Membuat proses dapat beradaptasi. Mampu beradaptasi terhadap perubahan pelanggan dan kebutuhan bisnis.
·         Proses bisnis yang baik akan memudahkan pengguna untuk membuat keputusan bisnis yang lebih baik dan lebih cepat melaksanakannya, membantu peningkatan dan pengendalian operasi,  dan eningkatkan aliran produksi.
·         Karakteristik Proses yang didefinisikan dan dikelola dengan baik
·         Memberikan kejelasan bagi pemiliknya, seberapa baik kinerja proses
·         batas-batas dan pengantara telah dikenal
·         jumlah siklus dikenali dengan baik (konsisten, berulang dan dapat diramalkan)
·         memiliki kendali terhadap pengukuran dan umpan balik
·         Pengukuran dan sasaran terkait dengan Pelanggan
·         prosedur perubahan yang telah diformalkan

Proses Bisnis yang berkualitas dapat:     
ü  Menghilangkan kesalahan    
ü  Minimalkan penundaan   
ü  Maksimalkan penggunaan aset- disesuaikan dengan kapasitas permintaan  
ü  Memudahkan pemahaman   
ü  Mudah digunakan      
ü  Pelanggan fokus dan adaptif terhadap perubahan kebutuhan   
ü  Memberikan keunggulan kompetitif pada organisasi
Tugas Business Analyst
v  Memahami proses yang ada dalam bisnis
v  Memodelkan proses yang berjalan pada saat ini    
v  Meningkatkan Model kualitas proses 

Tantangan yang dihadapi : 
ü  Kesulitan dalam pemodelan interaksi antara manusia dan system
ü  Kurangnya pemahaman terhadap kajian proses Perbedaan Interaksi antara organisasi dan bisnis di luar yang ada    
ü Tingkat abstrak yang berbeda sesuai dengan tingkat yang berbeda dalam pekerjaan organisasi tempat

D.    Sistem operasi dan IT kunci sukses bisnis

Salah satu kunci suksesnya bisnis adalah paham tentang sistem Operasi dan Informasi Teknologi (IT). Karena dengan menguasai hal ini, seseorang akan mengetahui bagaimana mengendalikan mutu dan mengelola efisiensi proses sebuah produk. Prof. Dr Heru Kurnianto Tjahjono menyampaikan hal tersebut saat ditemui di kantor Magister Manajemen, Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (8/4)).
Menurut Direktur MM UMY ini, membuat konsumen terus menerus senang dengan produk atau jasa yang dihasilkan atau ditawarkan, membutuhkan keterampilan dan kekreatifan lebih. “Dan hal itu hanya dipelajari dalam sistem operasi dan IT.” Hal ini dikarenakan dalam kepala orang-orang sistem operasi dan IT sudah tersusun cara bagaimana sebuah produk yang dibuat selalu memiliki nilai lebih. Karena inovasi dan kreativitas dikembangkan di IT. Mereka juga selalu berusaha menghasilkan karya-karya baru yang kira-kira bisa diterima pasar,” jelasnya.
Di samping itu, perkembangan IT dalam praktek bisnis yang sedemikian pesat, juga menuntut para pelaku bisnis untuk dapat merespon dan mengelola IT tersebut. Hal ini agar pelaku bisnis dapat membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk itulah menurut Prof. Heru, pembelajaran mengenai sistem operasi dan IT itu menjadi penting.
Senada dengan Prof Heru, Prof Shu-Hsien Liao, Ph.D juga menyatakan keutamaan bagi para entrepreneur untuk belajar dan memahami IT untuk mengoptimalisasikan produk dan jasa yang ditawarkan. “Perubahan di bidang IT juga berimplikasi pada model bisnis di pasar global. Perubahannya luar biasa, ada e-commerce, e-business dan lainnya. Sehingga dengan munculnya perubahan ini menuntut para pembisnis untuk memperbaiki strategi terutama di bidang IT,” ujarnya.
Professor yang berasal dari Tamkang University, Taiwan ini juga mengungkapkan bahwa pembelajaran IT tidak bisa seketika, butuh proses untuk menjadikan seorang pembisnis dengan skill manajemen IT mumpuni. “Sayapun selama di UMY mengajarkan tentang sistem informasi manajemen juga harus memberikan contoh kasus dan disertai video-video interaktif agar calon pebisnis mengerti benar cara untuk menguasai pasar global di masa mendatang,” tandasnya

a.      Contoh Model bisnis-foss-dan-blankon

Ø  Model-model A: Bisnis di atas FOSS 1. Jasa berbasis kompetensi tanpa punya produk. Contoh: Linuxcare (almarhum) 2. Jasa berbasis produk dan branding: Pengembang distro, support, training, sertifikasi, dll. Contoh: RedHat, Novell, Mandriva, Ubuntu, dll. 3. Witget Frosting: Jual hardware dg FOSS. Contoh: Dell, HP, IBM, Nokia, HTC (Android), dll. 4. Accessorizing: buku, CD, boneka, dll. Contoh: O'Reilly, InfoLINUX, GudangLinux, dll.

Ø  Model-model B: Kombinasi 1. Loss Leader: Melepas versi FOSS untuk mendapatkan pemasukan dari produk proprietary sejenis. Contoh: Mozilla 2. Memberikan software, menjual merek. Contoh: OpenOffice.org (Sun), Android (Google), dll. 3. Dual Licensing. Contoh: MySQL, PJSIP, dll. 4. Dual Mission. Contoh: Sendmail Model A dan B diambil dari buku Open Source, A Multidisciplinary Approach (Moreno Muffatto, Imperial College Press).


Ø  Model-model C: Prop di atas FOSS 1. Membuat software proprietary untuk dijual di atas distro Linux (ikut develop Linux). Contoh: Oracle, VMWare, Adobe, dll. 2. Menggabungkan software proprietary dengan FOSS untuk aplikasi khusus. Contoh: Covalent (ikut develop Apache), dll. 3. Memaket FOSS (+ Prop) dengan hardware. Contoh: Mikrotik, Apple, dll. Model C diambil dari buku The Business and Economics of Linux and Open Source (Martin Fink, Prentice Hall PTR)

Ø  Studi Kasus: Bisnis BlankOn

● Model Bisnis: Belum ada. YPLI, Ubuntu-ID, dan Tim Pengembang belum menjadikan BlankOn sebagai bisnis langsung (“not for profit”).

● Model Pendanaan: BlankOn dikembangkan dengan dana sponsor/hibah berbentuk uang (langsung dan tidak langsung). Dana langsung berasal dari Unesco, Hivos, dll. Dana tidak langsung berasal dari Indoglobal.com, Padinet.com, Linuxindo.com, Nurulfikri.com, Bisnisweb.com/cdl2000.com, InfoLINUX, dan masing-masing pengembang / institusinya, dll.

Biaya Mengembangkan FOSS  Total biaya pengembangan FOSS sama besar dengan PCSS, dan membutuhkan waktu panjang secara gotong-royong sehingga tidak dirasakan langsung oleh pengguna. Tugas berat dipikul bersama menjadi ringan.

Ø  Studi Kasus: Biaya BlankOn
● Biaya pengembangan BlankOn (langsung dan tidak langsung) sekitar Rp 1,5 milyar per rilis.
● Dana langsung berasal dari sponsor/hibah yang nilainya sekitar Rp 20 juta untuk setiap rilis.
● Dana tidak langsung dari sponsor berbentuk penempatan server, kantor, akses internet, tenaga administrasi, promosi, dll. Rp 280 juta.
● Dana tak langsung dari masing-masing pengembang (personal & institusi atau tempat kerjanya) sekitar Rp 1,2 milyar per rilis.

Ø  Usulan Model Bisnis BlankOn
● Kerja sama beberapa pihak (perusahaan atau institusi non perusahaan seperti pemerintah dan lembaga pendidikan yang memiliki kepentingan yang sama untuk menghasilkan distro Linux).
● Pihak lain berbentuk perusahaan dapat memilih salah satu atau kombinasi dari 11 model bisnis, misalnya menyediakan jasa support, migrasi, bundling atau dipaket dengan hardware, training, sertifikasi, dan atau untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan dalam jangka panjang. Misal: Distro Akuntansi, Koperasi, Kasir, dll.

Ø  Usulan Model Bisnis BlankOn
● Pihak lain berbentuk pemerintah dapat menunjuk tim BlankOn (misal diwakili YPLI atau partner-nya) untuk mengembangkan distro Linux sesuai dengan kebutuhannya, termasuk penyediaan support dan jasa pendukung lainnya.
● Misal: Sebuah Departemen atau Pemda Prov/Kab/Kota ingin memigrasikan komputernya ke Linux. Tim BlankOn menyediakan distro dan support distro, Pemda dapat menunjuk pihak lain untuk support dan training pengguna. Model ini sudah diujicobakan untuk Aceh / Air Putih.

Ø  Usulan Model Bisnis BlankOn

Ø  ● Pihak lain berbentuk lembaga pendidikan dapat memanfaatkan BlankOn untuk menyediakan distro yang dapat digunakan dalam proses belajar-mengajar, termasuk untuk penyediaan jasa/produk ke pihak lain, sarana promosi, dll.
● Pihak lain berbentuk lembaga non profit dapat bersama-sama YPLI (Tim BlankOn) membuat distro untuk menjalankan kegiatan organisasi, misalnya dalam bidang keagamaan dan sosial seperti CSR (Corporate Social Responsibilty), dll.


Ø  YPLI dapat bekerja sama dengan siapa saja untuk menjadikan BlankOn sebagai distro yang dibutuhkan pengguna komputer di Indonesia, dan sebagai sarana mencari penghasilan untuk profit maupun not profit.

Ø Usaha terkait BlankOn dapat berbentuk jasa support, training, sertifikasi, aksesori, paket dengan software aplikasi khusus (open source maupun proprietary), paket dengan data bukan aplikasi (musik, video, dokumen teks atau buku, gambar, dll.), paket dengan hardware, dsb.

 

E. Model Bisnis dengan Infrastruktur
Layanan CBNCloud menjalankan model bisnis Insfrastructure-as-a-Service (IaaS), Platform-as-a-Service (PAAS), dan Software-as-a-Service (SaaS).
Layanan CBNCloud menjalankan model bisnis Insfrastructure-as-a-Service (IaaS), Platform-as-a-Service (PaaS), dan Software-as-a-Service (SaaS).
1.     Infrastructure-as-a-Service (IaaS)
Merupakan suatu kondisi dimana sebuah organisasi atau perusahaan melakukan outsource terhadap perangkat-perangkat pendukung untuk keperluan operasional sehari-hari, termasuk media penyimpanan, perangkat keras, mesin server, dan komponen jaringan. Perangkat-perangkat tersebut merupakan hak milik penyedia layanan (CBN), yang bertanggungjawab dalam hal penyimpanan, penggunaan, dan perawatannya. Pelanggan membayar layanan yang digunakan berdasarkan volume pemakaian.
CBN menyediakan IaaS dalam bentuk VDS (Virtual Dedicated Server) dan VPDC (Virtual Private Data Centre). Untuk saat ini, pilihan sistem operasi yang tersedia adalah CentOS, Ubuntu, dan Windows Server 2008. Pelanggan VDS akan memperoleh akses root untuk koneksi SSH ke VDS yang disewanya. Sedangkan pelanggan VPDC akan mendapatkan akses admin ke portal CBNCloud untuk mengonfigurasi VDS-nya sendiri.
Selain itu, semua pelanggan mendapatkan akses admin ke portal CBNCloud yang berguna untuk mengubah skala kebutuhan perangkat kerasnya, seperti menaikkan RAM dan disk space untuk kebutuhan temporer (harian atau bulanan).
2.     Platform-as-a-Service (PaaS)
Adalah pengembangan dari IaaS, melengkapi perangkat-perangkat pendukung yang disewakan tersebut dengan sistem operasi dan framework yang dapat digunakan untuk membuat, menguji maupun menjalankan aplikasi.
CBN menyediakan PaaS ini dalam bentuk Cluster Servers, dimana komposisi VDS sudah dalam bentuk stack, seperti LAMP (Linux-Apache-MySQL-PHP). Sama seperti model IaaS, pelanggan model PaaS juga mendapatkan akses admin ke portal CBNCloud untuk mengubah skala kebutuhan perangkat kerasnya.

                 3.    Software-as-a-Service
                   Menyediakan aplikasi yang bisa digunakan oleh semua pelanggan    layanan     CBNCloud, saat ini yang tersedia adalah aplikasi Hosted PBX & Fax





Tidak ada komentar:

Posting Komentar